Kamis, 30 Desember 2021

Senapan Serbu Dengan Akurasi Dan Kualitas Tinggi

 

Senjata Serbu Dengan Akurasi Dan Kualitas Tinggi

Di medan Pertempuran atau Operasi sangatlah wajar bila unit pasukan khusus negara-negara di dunia dibekali aneka ragam senjata, dan Tidak heran bila satuan elit TNI seperti Kopaska, Denjaka, Kopassus, Paskhas dan Den Bravo 90 juga dibekali aneka ragam senjata.

Meski senjata produk dalam negeri varian SS (Senapan Seebu) cukup berkualitas, namun kenyatanya tetap membutuhkan kehadiran assault rifle impor sebagai pelengkap tugas-tugas khusus.


Aneka Ragam Senjata KOPASKA (Komando Pasukan Katak)

Contoh pada satuan khusus Kopaska, Kopaska yang identik dengan senapan otomatis bawah air APS, jika berada dalam misi di permukaan, satuan elit ini menghadirkan aneka senjata yang cocok terhadap air. Di masa lalu AK47 adalah rujukan sebagai senjata dengan kualitas tangguh dan cocok untuk digunakan, namun seiring berjalannya waktu kini Kopaska mengandalkan HK416 sebagai senjata termodern di segmen assault rifle.

Di kutip dari Wikipedia, HK416 juga menjadi senjata andalan yang juga digunakan oleh Kopassus, Denjaka, bahkan Densus 88 Polri. Popularitas HK416 terbilang Positif dan banyak diadopsi oleh satuan elit dunia. Di kutip dari Situs Military Times Gear Scout Blog and the Soldier Systems mengatakan HK416 adalah senjata yang digunakan Navy SEALS dalam banyak operasi dan termasuk dalam operasi yang menewaskan Osama Bin Laden.


Kelebihan HK416

Kehandalan utama HK416 terletak pada sistem piston gas langkah pendek. Sistem ini berbeda dengan sistem tabung gas Colt yang digunakan pada M4. Dengan sistem piston gas langkah pendek, maka cacat pada sistem pembuangan karbon dapat dihilangkan. Masalah pembuangan sisa karbon inilah yang sering mengakibatkan kemacetan pada M16 dan M4.

Pada kehandalan dan daya tahan serta keselamatan si penembak ketika menembakkan senjata secara ekstrim, HK416 menggunakan laras yang secara khusus dibuat dengan menggunakan proses cold hammer forging. Baja berkualitas tinggi diproduksi menggunakan proses yang sangat unik, untuk menghasilkan barel yang dapat memberikan tingkat akurasi tinggi.

HK416 mempunyai beberapa varian dan kemampuan OTB (Over the Beach) yang memungkinkan secara aman dapat ditembakkan setelah dibenamkan di air tanpa menunggu untuk mengeringkan senjata tersebut. Bahkan, HK416 juga telah lolos uji tes saat ditembakkan dengan dikubur dalam pasir tanpa mengalami macet.

HK416 menjadi salah satu yang menjadi rujukan dan jawaban bagi dunia persenjataan dalam satuan elit militer di dunia yang menginginkan sebuah senjata dengan ketahanan dan kemampuan di segala kondisi termasuk dalam kondisi ekstrim yang mempunyai tingkat akurasi yang sangat tinggi.

Rabu, 29 Desember 2021

Senjata SMG SAVZ 61 Scorpion, SA (Samoval) VZ (Vzor) Yang Pernah Digunakan oleh Pasukan Elit TNI Indonesia.

SMG SA VZ 61


MP5 kini lazim digunakan di setiap pasukan elit TNI, tak bisa dipungkiri SMG (Sub Machine Gun) besutan Jerman ini juga pernah dipopulerkan oleh Pasukan Elit Kopassus (Komando Pasukan Khusus) pada awal tahun 80-an dan pada operasi Woyla. Selain MP5, ada senjata lain yang di dipopulerkan oleh satuan khusus tertentu salah satunya adalah SMG SAVZ 61 Scorpion.


SMG SAVZ 61 Scorpion, Senjata yang sekilas mirip UZI ini biasa ditampilkan oleh satuan Paskhas TNI AU walau pada umumnya senjata ini biasa dibawa oleh pasukan khusus (Den Bravo) yang sedang melaksanakan misi penerjunan, misi pertempuran jarak dekat, dan anti teror.


SMG SAVZ 61 Scorpion boleh dikatakan perpaduan antara SMG dengan pistol otomatis, Pihak pabrikan merancang Senjata ini sebagai pengganti pistol dengan kemampuannya membawa magazine plus layout SMG dan menjadikan posisinya unik dan istimewa terlebih dengan keberadaan popor lipat model tabung kawat  yang semakin menegaskan citranya sebagai SMG.

Senjata SMG SA VZ 61 Scorpion


SMG SAVZ 61 Scorpion saat ini bukan lagi sebagai SMG utama di lingkup Korps Baret Jingga, pasalnya eksistensinya kini telah diambil alih oleh MP5. Dikutip dari Commando – Sub Machine Gun, War Machine Series.


Tidak hanya Pasukan Paskhas dan Kopassus, Korps Brimob dari Polri pernah menjadikannya sebagai senjata standar untuk misi pertempuran jarak dekat atau CQB (Close Quarter Battle) dan juga untuk misi-misi seperti mengawal kiriman uang.


Satuan Intai Amfibi Marinir (Taifib) Angkatan laut pernah terlihat menggunakannya pada Latgab Yudha Siaga di tahun 2008. Di Wikipedia menyebut Kopaska (Komando Pasukan Katak) TNI AL juga turut menggunakan senjata SMG SAVZ 61 Scorpion ini.

Senjata Serbu Pasukan Kopassus Pada Operasi Woyla

Senjata serbu Kopassus pada operasi woyla


Setiap unit pasukan elit TNI masih mengandalkan jenis SMG (Sub Machine Gun) MP5 buatan Heckler & Koch, Jerman, utamanya untuk melaksanakan Penyerbuan dan Pertempuran jarak dekat.

Harus diakui, bahwa hadirnya MP5 (Maschinen Pistole 5) di  kemiliteran Indonesia tak lepas dari sepak terjang Kopassus (Komando Pasukan Khusus), terutama pada operasi Woyla di sebuah insiden pembajakan pesawat DC-9 Garuda Indonesia di bandara internasional Don Muang, Bangkok, Negara Thailand pada tahun 1981 di Bulan Maret, Peristiwa tersebut mampu membuat MP5 menorehkan cerita tersendiri serta pengakuan bersama atas aksi heroik dari prajurit Kopassus Indonesia.

Varian MP5 yang beredar di Kemiliteran Indonesia cukup beragam. Dan yang cukup unik MP5 yang digunakan TNI tidak semuanya buatan negara Jerman, ada yang merupakan produksi dari negara Turki, Pakistan, dan Libya.

MP5 tergolong sangat cocok dalam pertempuran jarak dekat selain kemudahan dalam penggunaannya, bongkar pasang untuk penambahan komponen lainnya pun cukup banyak variasinya. Salah satu dari sekian banyak yang jadi andalan pada senjata MP5 tersebut adalah kemampuan peredam guna kepentingan penyerbuan yang dilakukan secara senyap.

Pada operasi Woyla untuk pertama kalinya Kopassus menjajal kebolehan senjata MP5, Senjata MP5 yang digunakan tersebut di dukung dengan kemampuan peredam, salah satunya varian dari MP5SD (Schall Dampfer). Dikutip dari buku Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando – Sintong Panjaitan karya "Hendro Subroto" dikatakan bahwa menjelang operasi pembebasan ada lima pucuk MP5SD yang diimpor langsung dari Jerman dan sebagian dibeli langsung lewat jalur pribadi oleh Letjend Benny Moerdani.

SD adalah varian MP5 yang dilengkapi peredam terintegrasi. Varian MP5SD dengan peredam dapat melontarkan 700 proyektil per menit. Kecepatan luncur proyetil menuju sasaran mencapai 285 meter per detik, dengan jarak tembak efektif 100 meter. Amunisi dapat dikemas dalam magasin 15 atau 30 peluru. Dalam penggunaan, MP5SD-2 punya tiga pilihan mode, yakni safe, semi auto, dan full auto. Senjata yang bekerja dengan pola operasi delayed roller locked bolt ini dapat dipasangi aneka alat bantu bidik selain secara standar menggunakan iron sight.

Benny Moerdani yang kala itu menjabat Asintel Hankam atau Asintel Kopkamtib mendatangkan MP5SD karena terinspirasi akan keberhasilan pasukan anti teror Jerman GSG-9 dalam operasi pembebasan pesawat Lufthansa di Mogadishu, Somalia dan keberhasilan pasukan elit Inggris SAS (Special Air Service) dalam operasi Nimrod pada tahun 1980 dan Seiring berjalannya waktu terutama pada kejadian pembajakan pesawat Garuda Indonesia, Kopassus juga menaikan pamor MP5 di mata dunia pada Operasi Woyla.



Selasa, 28 Desember 2021

Senapan Serbu (SS) Pasukan Paskhas Pada Operasi Trikora


Senapan Serbu Pasukan Paskhas Pada Operasi Trikora


Dalam operasi Trikora pasukan komando TNI AU yakni Paskhas saat itu juga punya atribut senjata yang khas, yakni battle rifle G3 kaliber 7,62 mm NATO dan Indonesia juga merupakan salah satu pengguna pertama senjata ini.

Jika ditelusuri, ternyata G3 yang masuk ke Indonesia pada tahun 60-an berasal dari negara Myanmar. Ceritanya pada tahun 1953, perusahaan spesialis pembuat mesin industri persenjataan Fritz Werner dari Jerman mendirikan tiga pabrik amunisi, senjata, dan artileri di Rangoon, dengan alasan mencegah Myanmar jatuh ke tangan rezim komunis. Melalui Fritz Werner, Myanmar memperoleh hak eksklusif mengimpor 10.000 pucuk. Juga memproduksi G3 dari pabrikan Rheinmetall, serta mendatangkan empat juta butir peluru kaliber 7,62 mm NATO pada tahun 1961. Pada periode tersebut, antara Indonesia dan Myanmar terjalin kerjasama yang erat, termasuk secara idelogi.




G3 yang digunakan Paskhas TNI AU pada tahun 60-an , semuanya menganut G3 lansiran Rheinmetall Dengan handguard baja, popor tarik, flash hider model drum berlubang-lubang kecil, serta pisir flip up sederhana. Tahun-tahun berikutnya setelah diperoleh, G3 sudah sudah digunakan langsung dalam Operasi Trikora sebagai senjata infiltran yang terjun kesana.

Harus diakui, postur tubuh orang Indonesia sebenernya kurang cocok dengan Bobot senjata yang berat dan sentakan recoil yang keras, Hal ini dapat cepat melelahkan prajurit TNI yang membawanya dalam Pertempuran. Belum lagi keterbatasan jumlah peluru yang dibawa dimana Satu magasin standar G3 hanya menampung 20 butir amunisi.

Walau saat ini sudah tidak digunakan dalam operasional, namun TNI AU masih menggunakan secara terabatas di beberapa pangkalan militer, selebihnya tetap disimpan di gudang senjata. Sejak tahun 2008, seluruh G3 akhirnya digudangkan, dan TNI AU sepenuhnya melakukan konversi ke SS (Senapan Serbu) buatan PINDAD.

Tak kurang 40 negara telah mengoperasikan G3 dalam beberapa dekade terakhir. Situs Wikipedia menyebut G3 dalam berbagai varian telah diproduksi sebanyak 7 juta unit dalam rentang 1958 – 1997. G3 juga diproduksi di negara lain dibawah lisensi Heckler & Koch, seperti Saudi Arabia, Norwegia, Swedia, dan Turki. (Dirangkum dari beberap sumber).

KAPAL SELAM MINI INDONESIA

Pemerintah melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah merancang desain kapal selam mini, Pengembangan proyek ini telah di...