Setelah Proklamasi Kemerdekaan diproklamirkan, Para pejuang berjuang untuk mengusir Belanda yang tidak menginginkan terbentuknya Republik Indonesia.
Di Kalimantan sendiri Perjuangan para pejuang di dilakukan dengan bergerilya menggunakan persenjataan yang Se-Adanya. Bantuan yang dikirim oleh Pemerintah R.I untuk membantu Perjuangan rakyat Kalimantan telah sering mengalami kegagalan lantaran blokade pasukan Belanda yang begitu ketat.
Gubernur pertama Kalimantan yang saat itu dipegang oleh Ir. Mohammad Nur, Keturunan Raja Banjar Sultan Adam Al-Watsiq Billah. Mengirimkan surat kepada KSAU Komodor Suryadarma di ibukota R.I Yogyakarta.
Dalam tulisan Irna HN Soewito "Awal Kedirgantaraan di Indonesia: Perjuangan AURI 1945-1950". Mengatakan bahwa isi surat yang dikirim oleh Ir. Mohammad Nur ke Yogyakarta adalah “Isinya meminta bantuan agar AURI bersedia membantu perjuangan rakyat Kalimantan".
Setelah merundingkannya dengan pimpinan AURI, Permintaan itu akhirnya disetujui. Untuk mempersiapkan pasukan yang akan di terjunkan ke Kalimantan, Markas Besar Tentara (MBT) membentuk staf khusus yang tugasnya menyusun pasukan penerjun payung yang secara taktis berada dibawah komando KSAU. Suryadharma menunjuk langsung Mayor Tjilik Riwut putra daerah Kabupaten Kotawaringin untuk diangkat sebagai Perwira operasi dan ditempatkan dalam staf sekretaris bagian siasat perang KSAU.
Sekitar 60 pejuang asal Kalimantan, 12 orang pemuda dari Sulawesi, dan beberapa orang dari Jawa berhasil direkrut.
Setelah rencana selesai disusun, mereka mulai dididik dan dilatih di suatu tempat khusus dan di asramakan di Desa Padasan di dekat Pangkalan Udara Maguwo.
Mereka kemudian menjalani latihan dasar terjun yang dilatih oleh para pelatih Angkatan Udara RI (AURI) dibawah pimpinan Opsir Udara I Sudjono dan dibantu oleh Opsir Muda Udara II Amir Hamzah, Opsir Muda Udara III Soeroyo, Sersan Mayor Udara Legino, Sersan Udara Sangkala, Sersan Udara Mispar dan Kopral Muda Udara Matyasir.
Pelatihan yang mereka peroleh sangatlah terbatas yaitu hanya mendapatkan latihan ground training, sedangkan latihan terjun payung dari pesawat udara belum pernah dilakukan. Hal ini disebabkan oleh suasana yang serba darurat, sehingga tidak memungkinkan untuk memberikan pelatihan yang sempurna.
Setelah mendapatkan pelatihan yang cukup, diadakanlah seleksi yang cukup ketat, dan dari sekian calon yang dilatih hanya terpilih 12 orang pemuda yang semuanya berasal dari Kalimantan. Disamping kedua belas orang tersebut ikut serta dua orang anggota AURI yang mempunyai tugas khusus dibidang PHB untuk membantu tugas penerjunan tersebut dengan Pesawat Dakota R1-002.
Pada tanggal 17 Oktober 1947 tepatnya pada malam Hari, mereka dipersiapkan untuk diberangkatkan ke Kalimantan dari Lanud Maguwo. Suryadarma juga turut hadir disana untuk memberikan Amanat sebelum melepas keberangkatan mereka satu per satu.
Operasi penerjunan yang bersifat sangat rahasia ini tidak sekedar menerjunkan pasukan, tetapi juga mempunyai tujuan pokok antara lain, menyusun dan membentuk gerilyawan dan mendirikan pemancar induk guna menyiapkan daerah penerjunan untuk operasi selanjutnya.
Pemancar ini diharapkan dapat berhubungan langsung dengan pemancar induk yang berada di Pulau Jawa, Sumatera dan pemancar-pemancar kecil yang berada di Kalimantan itu sendiri. Oleh sebab itu selain pasukan, diterjunkan juga seperangkat alat komunikasi lengkap dengan motor dan bahan bakar yang diperkirakan dapat dipakai selama satu bulan.
Sekitar Pukul 02.30 WIB pesawat take off dari Pangkalan Udara Maguwo, Ketika pesawat Dakota RI-002 sudah mencapai langit Kalimantan, Langit masih tampak gelap diserati dengan pemandangan tebalnya Hutan Belantara Kalimantan. Mata Mayor (Ud.) Tjilik Riwut, perwira di Bagian Siasat Perang Sekretaris KSAU, terus memperhatikan daratan yang akan dijadikan titik penerjunan. Meski sulit, dia tak ingin gagal. Misi kali ini menjadi pertaruhan baginya sekaligus AURI dalam mempertahankan kemerdekaan di bumi Kalimantan.
Ketigabelas anggota pasukan yang diterjunkan tersebut adalah
1. Iskandar berasal dari Sampit.
2. Dachlan berasal dari Sampit.
3. Bitak berasal dari Kepala Baru.
4. Willems berasal dari Kuala Kapuas.
5. Darius berasal dari Kasungan.
6. Achmad Kosasih berasal dari Mangkahulu.
7. Bachrie berasal dari Berabai.
8. Ali Akbar berasal dari Balikpapan.
9. M. Aminuddin berasal dari Kahayanhulu.
10. Emanuel berasal dari Kahayanhulu.
11. Morawi berasal dari Rentaupulut.
12. Opsir Muda Udara I Harry Hadisumantri (Anggota PHB AURI).
13. Sersan Udara F.M. Soejoto ( Anggota PHB AURI).
Satu orang bernama Jamhani batal terjun.
Satu bulan setelah pendaratan dan menjalankan Tugas bagaimana semestinya, mereka bermalam di sebuah ladang di tepi Sungai Koleh. Sekitar Dini hari ketika sebagian dari tim tertidur nyenyak, tiba-tiba datang tembakan dari pasukan NICA.
NICA "Nederlandsche Indische Civil Administration" Adalah Pasukan militer Belanda yang diprakarsai oleh H.J. Van Mook yang difungsikan untuk memulihkan kembali sistem pemerintahan Hindia Belanda setelah masa pendudukan Jepang di Indonesia atau usainya perang dunia II.
Pada saat itu Pasukan NICA menghujani mereka dari tiga arah dengan tembakan yang mengakibatkan Tewasnya Kapten Udara Anumerta Harry Hadisumantri, Letda Anumerta Iskandar, dan Sersan Mayor Udara Anumerta Achmad Kosasih, sedangkan sisa pasukan yang selamat langsung menyelamatkan diri.
Sisa personil yang berhasil menyelamatkan diri mencoba melakukan perlawanan dengan gerilya, namun tekanan pasukan NICA yang begitu ketat, ruang gerak mereka pun kian terbatas. Kurang dari dua bulan kemudian, sisa personil penerjun payung pertama yang selamat itu semuanya tertangkap.
Setelah tertangkap mereka dibawa ke Banjarmasin lalu dikirim ke Penjara Bukitduri, Jakarta. Kemudian dipindah lagi ke Penjara Glodok, Cipinang, dan Nusakambangan. Hingga akhirnya mereka semua dibebaskan menjelang Konferensi Meja Bundar.
Operasi penerjunan yang dilakukan oleh para Prajurit AURI tersebut menjadi peristiwa yang menandai lahirnya satuan pasukan khusus AURI, serta Moment tersebut kemudian diabadikan sebagai hari jadi KOPASGAT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar